Pertanyaan:
Assalamu’alaikum, Ustadz. Misal kita infaq ke masjid atau donasi untuk Palestina, tapi sebenarnya kita masih memiliki banyak utang. Bagaimana menyikapinya, Ustadz? Mohon pencerahannya.
Jawaban Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah:
و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Bismillah wal Hamdulillah.
Utang ada dua model:
1. Yang membayarnya boleh tertunda, seperti kredit yang menahun.
Ini boleh saja dia bersedekah. Berkata Syaikh Utsaimin:
أما إذا كان الدين مؤجلاً، وإذا حل وعندك ما يوفيه : فتصدق ولا حرج ؛ لأنك قادر
Jika utangnya bisa ditunda pembayarannya, dan Anda punya apa-apa yang bisa dijadikan pemenuhan utang itu, maka sedekahlah dan tidak apa-apa, sebab Anda mampu. (selesai dari Asy Syarh Al Kaafiy)
2. Utang yang tidak bisa ditunda, mesti dibayar secepatnya.
Maka ini tidak boleh sedekah, dia mesti tunaikan utangnya dulu.
Imam Al Bukhari Rahimahullah berkata:
مَنْ تَصَدَّقَ وَهُوَ مُحْتَاجٌ ، أَوْ أَهْلُهُ مُحْتَاجٌ ، أَوْ عَلَيْهِ دَيْنٌ : فَالدَّيْنُ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى مِنْ الصَّدَقَةِ وَالْعِتْقِ وَالْهِبَةِ
Barang siapa yang bersedekah, padahal dia sedang butuh, atau keluarganya butuh, atau dia punya utang, maka utang itu lebih berhak ditunaikan dulu, dibanding sedekah, memerdekakan budak, dan hibah. (Shahih Al Bukhari, 2/112)
Menunaikan utang adalah wajib, bersedekah adalah sunnah.
Imam Badruddin Al ‘Aini Rahimahullah menjelaskan:
فالواجب أن يقضي دينه ، وقضاء الدين أحق من الصدقة والعتق والهبة؛ لأن الابتداء بالفرائض قبل النوافل
Maka wajib menunaikan utangnya, menunaikan utang lebih berhak diutamakan dibanding sedekah, membebaskan budak, dan hibah, karena mendahulukan kewajiban sebelum yang sunnah. (‘Umdatul Qari, 13/327)
Wallahu A’lam.
0 Comments