Kisah Profesor Jackie Ying, Penemu Alat Tes Cepat Virus Corona Masuk Islam

Kisah Profesor Jackie Ying, Penemu Alat Tes Cepat Virus Corona Masuk Islam

Di tengah pandemi virus corona ternyata mendorong sebuah penemuan yang luar biasa yakni alat tes cepat virus corona. Rupanya alat tersebut ditemukan seorang ilmuwan muslim Profesor Jackie Ying. Saat ini ia menjadi Kepala Laboratorium NanoBio di Agency for Science, Technology and Research, Singapura.

Dilansir dari website Rahyafteha, Selasa (21/4/2020), Profesor Jackie Ying, 46 tahun, lahir di Taiwan namun ia dan keluarganya pindah ke Singapura. Ia juga merupakan seorang pakar kimia dan telah memenangkan banyak penghargaan termasuk di antaranya 100 insinyur era modern yang dinobatkan oleh American Institute of Chemical Engineers, dan satu dari 100 anak muda di dunia yang diharapkan menjadi inovator terkemuka abad ke-21 oleh Technology Review, majalah inovasi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika.

Profesor Jackie Ying memang muslimah yang luar biasa. Ia menjadi profesor di MIT pada usia 35 tahun dan terpilih untuk Leopoldina (Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Jerman) pada usia 39 tahun.

Ia juga telah menulis ratusan artikel di bidangnya tentang bahan dan perangkat berstruktur nano dan memiliki lebih dari 130 paten yang diterbitkan atau ditangguhkan.

Profesor Jackie Ying baru-baru ini terpilih sebagai Fellow Masyarakat Riset Material 2013. Menurutnya, masyarakat adalah organisasi peneliti, dan bahan penelitian terbesar di dunia.

Sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan luar biasa Profesor Jackie Ying selalu haus akan ilmu pengetahuan. Bahkan sejak sekolah menengah pertama di Singapura, ia belajar berbagai agama, termasuk Islam.

Tepat pada tahun 2004, Profesor Jackie Ying memutuskan untuk memeluk agama Islam saat usianya yang telah memasuki umur 30-an. Ia juga sudah melaksanakan umroh pada 2013 lalu dan memutuskan untuk menggunakan hijab setelah kembali dari Makkah.

Bagi Profesor Jackie Ying, memakai hijab merupakan kewajiban agama. Ia tak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain tentangnya sebab agama adalah masalah personal.

Hal yang mendorong ia memutuskan menjadi mualaf, karena Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan selalu mencari pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan maka seorang muslim bisa bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Ini jika dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT maka akan mendapatkan pahala karena sebagai bentuk ibadah.

"Saat mempelajari ilmu pengetahuan, saya selalu berpikir keberadaan Allah SWT. Ia merupakan Tuhan yang menciptakan segalanya, termasuk ilmu pengetahuan, jadi bagi saya sejatinya agama dan ilmu pengetahuan itu tak saling bertentangan," ujar Profesor Jackie Ying.

Profesor Jackie Ying menceritakan, memang ada tantangan sebagai seorang peneliti perempuan dan juga seorang muslim. Kedua hal ini merupakan minoritas. Namun ia menilai dalam hidup selalu ada tantangan dan perjuangan yang harus dijalani tanpa putus asa.

Ia juga mengaku bekerja dua kali lebih keras dan beruntung dipromosikan dengan cepat sebagi profesor. Selama bertahun-tahun ia juga selalu berinisiatif untuk memperkenalkan sains kepada generasi muda agar lebih tertarik dan mencintai sains.

Profesor Jackie Ying sering membawa para siswa ke laboratorium dan memberikan mereka pemahaman dan juga pentingnya keberadaan sains. Nampaknya usaha yang dilakukannya tidak sia-sia, 134 siswa telah mengambil beasiswa sains dan 34 dari mereka telah bergabung dengannya sebagai staf. Alhamdulillah, pencapaian yang luar biasa ya!





Post a Comment

0 Comments