Theresa Corbin Temukan Kesamaan Ajaran Kristen dalam Islam
Pada usia remaja, Corbin mulai belajar tentang Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang mualaf Amerika, Theresa Corbin, mengenal Islam justru dari kacamata agamanya yang lalu. Corbin memutuskan memeluk Islam dari seorang Katolik pada 2001.
Penulis buku berjudul The Islamic, Adult Coloring Book dan The New Muslim's Field Guide ini lahir dalam keluarga campuran secara religius. Ayahnya adalah seorang ateis agnostik (tidak percaya adanya Tuhan) dan ibunya adalah seorang Katolik yang sangat religius. Corbin dibesarkan benar-benar sebagai Katolik.
"Di rumah kami, gereja adalah suatu keharusan setidaknya seminggu sekali. Kami berdoa rosario sekeluarga secara teratur dan setiap kali kami bepergian," kata Corbin, dilansir di About Islam, Kamis (6/2).
Sebagai Katolik, pengaturan kelahiran atau kontrasepsi bukanlah suatu pilihan. Karenanya, ia memiliki lima saudara kandung dan mereka semua bersekolah di sekolah Katolik. Tidak hanya itu, mereka juga mengikuti kelompok pemuda dan katekismus (dokumen resmi dalam pengajaran agama Kristen) sebagai studi tambahan tentang keyakinan mereka.
Pada usia remaja, Corbin mulai belajar tentang Islam. Saat itulah, ia mengenali banyak hal yang ia pelajari dari pendidikan Katoliknya. Semakin mempelajari Islam, ia menemukan meskipun Alkitab telah diubah oleh manusia, namun masih ada beberapa sisa pesan asli dan tradisi Yesus yang bertahan hingga saat ini.
"Ini masuk akal ketika saya mulai mengetahui Islam bukanlah agama yang berbeda, itu adalah penyempurnaan dari pesan asli dari semua Nabi," ujarnya.
Setelah mempelajari Islam, Corbin mengatakan ia menemukan beberapa hal dalam Islam yang ia juga pelajari sebagai seorang Katolik. Salah satunya, soal tanda gelap di dahi.
Ia bercerita, setelah kelas katekismus, ibunya akan pulang dan berbagi tentang apa yang ia pelajari. Di satu kelas tertentu, topik diskusi yang dibahas adalah soal wahyu dan hari-hari terakhir (kiamat).
Menurut cerita Corbin, ibunya ke rumah saat itu dengan sangat bijaksana sembari mengatakan ia telah mempelajari di saat menjelang Hari Pembalasan, manusia akan tahu siapa umat Allah dengan tanda hitam di dahi. "Pertama kali saya melihat seorang Muslim dengan tanda gelap di dahinya karena sering sujud, saya tersadar. Umat Allah memiliki tanda gelap di dahi mereka karena pengabdian mereka kepada penyembahan Allah dalam ibadah dan sujud," ujar Corbin.
Di dalam Islam, ada kisah tentang Ashabul Kahfi atau tujuh pemuda yang Allah tidurkan dalam kurun waktu ratusan tahun di sebuah gua. Hal itu dijelaskan dalam Alquran surah Al Kahfi.
Menurut Corbin, di dalam agama Kristen juga dikisahkan tentang tujuh orang yang tertidur. Namun, di Kristen kisah tentang itu dibuat menjadi dongeng tentang seorang pria bernama Rip van Winkle, dan kisahnya pun jauh berbeda.
Dikatakan ada tujuh pemuda yang saleh yang tinggal di sebuah daerah yang diperintah oleh seorang tiran. Tiran itu menghukum mati para pemuda saleh ini karena menolak penyembahan berhala dan sebaliknya hanya menyembah Tuhan saja. Setelah penghakiman ini, penguasa memberi para pemuda beberapa hari untuk mempertimbangkan kembali agama mereka. Para pemuda itu menolak untuk melepaskan keimanan mereka, dan lantas berlindung di sebuah gua tempat mereka tertidur.
"Dan Tuhan membuat mereka tidur selama 300 tahun untuk melindungi mereka. Dalam Surah ke-18 Alquran, kisah yang sama tentang para pemuda saleh yang tidur selama bertahun-tahun diceritakan. Dan setiap ketidakakuratan yang ditambahkan selama bertahun-tahun diperbaiki," katanya.
Corbin melanjutkan tentang hijab dalam Islam dan Kristen. Ia mengatakan, kebanyakan orang Kristen dibesarkan dengan ikonografi Maria, di mana ibu Yesus (Isa) mengenakan jilbab. Akan tetapi, kata dia, hanya sedikit yang menyadari itu adalah perintah dalam Alkitab.
Ia mengutip isi dalam Alkitab dalam Korintus 11:6 tentang jilbab Maria. Sementara di dalam Islam, Alquran dalam surah 33 ayat 59 dengan jelas menyebutkan, agar Nabi memberitahu istri dan putri-putrinya dan para wanita dari kaum mukminin untuk mengenakan jilbab.
Corbin selanjutnya mengungkapkan soal arah dalam ibadah di Kristen dan Islam. Ia mengatakan, dalam Misa Latin tradisional, imam melaksanakan misa yang menghadap ke arah yang sama dengan umat, karena ia dan umatnya bersama-sama menyembah Tuhan. Imam dan komunitas semuanya menghadap apa yang disebut ad orientum (artinya ke arah timur).
Menurut Corbin, Ad orientum ini tidak lagi dipraktikkan di sebagian besar gereja. Ia mengatakan, itu adalah tradisi yang sangat mirip dengan cara umat Islam berdiri di belakang Imam (pemimpin) dan semua menghadap arah yang sama ke arah Timur dan menyembah Tuhan.
Selain itu, Corbin juga mengungkapkan soal kesamaan dalam waktu dan cara di mana Yesus dikatakan berdoa dalam Alkitab. Menurutnya, hal itu mirip dengan cara umat Islam dalam melakukan ibadah.
Umat Islam biasa melaksanakan shalat Subuh di waktu fajar hingga matahari terbit. Menurutnya, hal demikian mirip dengan yang disebutkan dalam Markus 1:35, di mana Yesus dikatakan bangun ketika hari masih gelap dan meninggalkan rumah untuk pergi ke tempat sunyi di mana ia berdoa.
Begitu pula dengan sujud, Corbin mengatakan dalam Matius 26:39 disebutkan saat Yesus bersujud dan kemudian berdoa. Menurutnya, cara ibadah dengan rukuk (membungkuk) dan bersujud juga ada dalam agama Kristen.
Misalnya, seperti yang disebutkan dalam Mazmur 95:6, tentang perintah menyembah dan bersujud di hadapan Tuhan sang Pencipta. Corbin juga meyakini akan kemunculan kembali Nabi Isa ke dunia menjelang Hari Akhir nanti.
"Sebagai Muslim, kami percaya pada kelahiran Yesus, ia akan kembali ke bumi, bahwa Yesus adalah seorang pria dan seorang Nabi. Kami percaya pada pesannya Tuhan mengirimnya. Dan kita tahu selama berabad-abad manusia telah mengubah pesan Yesus dan Alkitab. Tetapi kita masih bisa melihat sisa-sisa keimanan asli Yesus ketika kita berdampingan dengan Islam," ujarnya.
Dilihat: 6940
123
0 Comments