Berawal dari perang Irak dan Amerika saat usianya yang belia, ditambah dengan cerita-cerita tentang kehidupan Islam di Timur Tengah yang ia dengar dari kakeknya yang kala itu bekerja di AS pada masa perang antara Irak dan AS. Dari cerita kakeknya, Ayana mulai mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan Timur Tengah. Ia menjadi penasaran tentang bagaimana wanita-wanita di Timur Tengah mengenakan penutup kepala, dan kebudayaannya. Baginya, nama Islam terdengar lucu ditelinganya.
Setelah sedikit mendapatkan informasi, Ayana mulai menyukai kultur dan budaya Timur Tengah. Namun saat itu ia belum mengetahui banyak tentang Islam bahkan sempat membenci Islam karena yang ia dengar Islam lekat dengan teroris. Setelah mempelajari lebih banyak, justru tertarik pada agama Islam.
Saat remaja, Ayana sempat menjadi Trainee di salah satu Agensi BigHit Entertainment, tetapi karena orang tuanya merasa tidak suka, maka kemudian Ayana memutuskan untuk keluar. Ayana kemudian semakin mendalami Islam, tanpa ada guru atau ustadz yang mendampingi, ia berusaha mencari berbagai informasi tentang Islam melalui internet. Buku seorang muslim Korea bernama Abdurrahman Lee yang kemudian menjadi guru baginya.
Sebagai infirmasi, Abdurrahman Lee saat ini merupakan Imam Umat Islam di Korea yang ada di masjid pusat Seoul. Beliau telah menulis banyak buku mengenai Islam, Arab dan Persia. Mungkin saat itu, hanya belaiulah yang menuliskan buku-buku berbau Islam di Korea. Hal tersebut sangat membantu Ayana dalam memahami lebih banyak tentang Islam dan kehidupan Islam.
Saat Ayana duduk di Elementary School (setara kelas 3 SMA) tepatnya di tahun 2012, Ayana bergabung dengan WAMY, sebuah majelis pemuda muslim di Korea Selatan. Ia mengikuti perkemahan selama tiga hari pada musim panas, yang mana perkemahan tersebut untuk belajar Islam bersama anggota WAMY lainnya.
Saat ia bergabung dengan WAMY, orang tuanya sempat khawatir karena pandangan mereka saat itu yang masih menganggap buruk Islam, orang tuanya bahkan meminta Ayana untuk menghubungi mereka jika bertemu dengan orang asing yang mengerikan. Di acara perkemahan ini, Ayana berkesempatan untuk mengunjungi masjid yang ada di Korea Selatan. Selama perkemahan itu, Ayana baru menyadari jika tidak ada wanita muslim yang memakai cadar, dan menyadari bahwa ia telah salah paham selama ini.
Setelah acara perkemahan tersebut, rasa penasaran Ayana semakin dalam, sehingga Ayana kemudian memutuskan untuk masuk Islam dan langsung berhijab. Bukan perjalanan yang mudah bagi Ayana, karena saat itu keluarganya tidak mendukungnya. Tentu saja karena orang tuanya mengalami kekhawatiran yang tinggi karena kehidupan muslim berhijab di Korea tidaklah mudah, bahkan terkesan sulit.
Walaupun menjadi satu-satunya muslim di keluarganya, orangtuanya tidak melarangnya, hanya saja merasa khawatir dengan masa depan anaknya tersebut. Di Korea Selatan, menurut Ayana, seorang muslimah berhijab sangat sulit mendapatkan pekerjaan, meskipun dengan nilai GPA yang tinggi.
Setelah tamat Elementary School, Ayana memutuskan untuk melanjutkan studinya di salah satu Universitas Islam di Malaysia dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Selama kuliah di Malaysia, ia senang dengan orang-orang terdekatnya yang menerimanya dan mendukungnya.
Pada tahun 2018, Ayana mulai menjadi sorotan publik dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat di Indonesia dan Malaysia. Ia mulai menjadi influenser muslim di Indonesia dan menjadi model hijabers yang paling banyak dicari. Saat ini kesibukannya adalah sebagai Brand Ambassador dari Wardah dan ia juga masih menyelesaikan studinya di Malaysia.
Saat ini, gadis kelahiran 1995 tersebut tengah mempersiapkan peluncuran bukunya yang berjudul “Journey Ayana to Islam”. Ayana mengatakan bahwa ia tidak ingin menjadi ustadzah, ia juga tidak berniat menjadi hafidzah, ia juga tidak pernah bermimpi menjadi seorang artis, ia hanya ingin memberikan pengaruh yang baik bagi sesama umat muslim lainnya.
Ayana hanya ingin kisahnya banyak menginspirasi orang lain. “Kadang saat mendengar ceramah dari ustadz atau ustadzah, materinya terlalu ekstrim dan sulit dicerna. Saya tidak ingin seperti itu, saya ingin meyakinkan orang lain bahwa Islam itu mudah, sederhana, dan Indah” tutur Ayana dalam sebuah wawancara.
Kini, Keluarga Ayana Moon mendukung sepenuhnya kehidupan dan segala kegiatan Ayana di Malaysia dan Indonesia, bahkan di awal tahun 2019 lalu, adik Ayana Moon juga telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah masuk Islam.
0 Comments